Cross Dock: Arti, Kelebihan, Kekurangan, dan Kondisi Ideal

Cross Docking adalah

Menurut David Essex dari techtarget.com, cross-docking atau cross-dock adalah praktik pemuatan barang dari kendaraan pengiriman masuk dan memuatnya langsung ke kendaraan pengiriman keluar. 

Sementara menurut Vivek Sehgal, dalam Enterprise Supply Chain Management: Integrating Best in Class Processes (2009), cross-docking diartikan sebagai jenis aliran dalam gudang di mana barang masuk langsung dikirim ke area persiapan/pengiriman untuk memenuhi pesanan, dan tidak disimpan.

Dalam penjelasannya, Sehgal juga menjelaskan bahwa cross-docking telah digunakan oleh banyak pengecer terkemuka sebagai alat efisiensi rantai pasok yang mengurangi inventaris di gudang, mengurangi waktu tunggu total untuk pengisian kembali ke toko, sambil tetap menjaga tingkat pemenuhan pesanan dan tingkat layanan.

Jadi, bila kita mengaitkannya dengan dunia jasa angkut barang, maka cross-docking adalah prosedur operasional di mana produk langsung dipindahkan dari transportasi masuk ke transportasi keluar. Berbeda dengan pergudangan tradisional, perusahaan biasanya tidak menangani atau menyimpan produk apa pun.

Proses ini biasanya terjadi di terminal khusus yang terpisah di gudang, di mana barang masuk pertama kali diterima di dermaga dan diurutkan berdasarkan tujuannya.

Kemudian, barang tersebut dipindahkan ke sisi lain dari dermaga melalui forklift, sabuk pengangkut atau peralatan lain dan dimuat ke kendaraan pengiriman keluar.

Beberapa produsen menggunakan cross-docking di fasilitas mereka sendiri, memindahkan barang jadi langsung dari produksi ke dermaga pengiriman keluar tanpa menyimpan mereka di gudang terlebih dahulu.

Baca Juga:  Shipper: Pengertian, Fungsi, dan Cara Kerjanya

Sebagai informasi, meski istilahnya terdengar futuristik, pada kenyataannya, cross-docking ditemukan pada tahun 1930 oleh industri truk Amerika Serikat. Teknik ini sangat efisien sehingga telah digunakan secara permanen dalam operasi pengiriman barang kurang dari truk sejak saat itu.

Kelebihan cross-docking

Menurut Essex, salah satu manfaat cross-docking adalah meminimalisir atau bahkan menghilangkan biaya penyimpanan gudang, persyaratan ruang dan pengelolaan inventaris, cross-docking dapat mempercepat dan meningkatkan efisiensi rantai pasok suatu barang.

Sementara magenest.com, secara lebih spesifik, membagi manfaat dari proses yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah gudang transit tersebut sebagai berikut:

1. Penanganan material yang mudah

Cross-docking meningkatkan kinerja operasional dan meningkatkan produktivitas secara signifikan. Ini juga memberikan operasi yang lebih baik untuk pelabelan dan pengukuran dalam pergerakan, pemeriksaan label, pemindaian tujuan, dan sebagainya.

2. Mengurangi biaya sewa atau properti gudang

Kepemilikan atau sewa gudang merupakan biaya besar bagi setiap bisnis. Melalui cross-docking, perusahaan tidak perlu lagi menyewa gudang dan dapat dengan cepat memindahkan barang dari A ke B.

3. Mengurangi biaya staf

Meskipun cross-docking tidak menghilangkan semua karyawan dari transportasi mereka, ini mengurangi jumlah yang dibutuhkan untuk mempercepat putaran dan memastikan biaya dan keuntungan pelanggan tetap terpenuhi.

4. Produk Anda sampai di jalan lebih cepat

Melalui cross-docking waktu yang dihabiskan oleh barang dalam transportasi berkurang. Hal ini tentu saja tidak hanya baik bagi pengirim, tapi juga (terutama) bagi penerima di mana ada waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari yang bisa dipangkas.

Baca Juga:  Detention: Pengertian, Biaya, dan Beda dengan Demurrage

5. Mengurangi biaya transportasi dan bahan bakar

Ada argumen bahwa cross-docking baik untuk lingkungan karena memastikan bahwa truk tidak digunakan untuk beberapa pengiriman dari gudang tetapi harus lengkap. Ini juga memastikan perusahaan akan lebih sedikit menggunakan kendaraan pengirim.

Baca Juga: Apa itu Logistik? Disini Penjelasan Lengkapnya

Kekurangan cross-docking

Seperti umumnya suatu sistem yang memiliki manfaat, cross-docking juga memiliki beberapa kekurangan. Melansir dari cyzerg.com, kekurangan dari cross-docking adalah sebagai berikut:

1. Membutuhkan jumlah pengangkut yang cukup

Fasilitas cross-docking sangat bergantung pada pengangkutnya karena barang dikirim segera dan tidak disimpan. Oleh karena itu, diperlukan jumlah pengangkut yang cukup untuk memastikan sistem ini berjalan dengan lancar dan efisien.

2. Membutuhkan pemasok yang andal

Pemasok yang dapat diandalkan sangat penting untuk memfasilitasi operasi cross-docking dengan efektif. Hal ini karena sistem ini memerlukan pengiriman yang akurat dan tepat waktu dari pemasok untuk memastikan barang dapat dikirim kepada pelanggan tepat waktu.

3. Memerlukan perencanaan dan koordinasi yang mendalam

Layanan cross-docking memerlukan perencanaan dan koordinasi yang mendalam, karena melibatkan pertimbangan-pertimbangan yang beragam, seperti analisis pasokan-penawaran, jadwal pengiriman, dan lain sebagainya. Tanpa perencanaan dan pelaksanaan yang tepat, kemungkinan efisiensi dan keandalan sistem ini dapat terpengaruh negatif.

Dalam kondisi apa perusahaan harus menggunakan konsep cross docking?

Menurut datexcorp.com, penggunaan cross-docking yang paling umum adalah ketika permintaan untuk item inventaris tertentu yang cenderung stabil dan menunjukkan konsistensi yang kuat.

Baca Juga:  Shipping: Pengertian, Beragam Fungsi, dan Jenis-jenisnya

Item-item ini dapat ditempatkan dalam jadwal yang berulang sehingga dapat menghilangkan kebutuhan untuk menyimpannya dalam jumlah yang berlebih karena takut kehabisan stok.

Cross-docking juga sering digunakan ketika menangani inventaris yang sensitif waktu dan mudah rusak. Karena umur simpannya yang terbatas, persediaan harus sampai ke pengecer dengan umur simpan yang wajar.

Dengan mengabaikan penyimpanan dan memanfaatkan cross-docking, waktu pengiriman dapat dikurangi. Hal ini memberikan barang dengan jendela penjualan yang lebih panjang.

Sementara itu, secara singkat Essex menjelaskan kondisi ideal untuk menggunakan cross-docking adalah pada produk-produk yang perlu diangkut dengan cepat, seperti makanan. Produk seperti itu biasanya sudah diurutkan dan diberi label untuk pelanggan, sehingga tidak perlu inspeksi kualitas atau memiliki permintaan yang stabil.

Logistics Solution